Suku Mandailing Bukan Suku Batak
Suku Mandailing Bukan Suku Batak | Referensi terbaru di 2017 via web Panduan Simpatika. Rekomendasi konten lengkap terbaik. - Panduan Simpatika. Artikel ini di beri judul Suku Mandailing Bukan Suku Batak. Konten ini untuk anda pembaca setia https://panduan-simpatika.blogspot.com/. Bagikan juga postingan Suku Mandailing Bukan Suku Batak terbaru ini ke media kalian. Supaya blog seputar Panduan Simpatika dan website terkait serta kamu mendapat manfaat dari info ulasan Panduan Simpatika di 2017 ini. Langsung saja baca dan simak mengenai Suku Mandailing Bukan Suku Batak di bawah ini dari situs web Panduan Simpatika.
Suku Mandailing adalah nama suku bangsa yng mendiami Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara, serta sebagian Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Sebagian pihak mengatakan bahwasanya Mandailing adalah bagian dari Suku Batak. Akan tetapi pihak lain-lainnya berpendapat bahwasanya Mandailing adalah kelompok masyarakat yng berbeda. Hal ini terlihat dari perbedaan system sosial, asal usul, serta kepercayaan.
Nama Mandailing telah diketahui sejak abad ke 14, serta ini menunjukan adanya satu bangsa serta wilayah bernama Mandailing, yng siapa tau sudah muncul sebelum abad itu lagi. Nama Mandailing yang telah di sebutkan dalam kitab Nagarakretagama yng mencatat perluasan wilayah Majapahit sekitar 1365 M. Batak tak disebut sekalipun dalam kitab yang telah di sebutkan.
Pada masyarakat Minangkabau, Mandailing ataupun Mandahiliang menjadi satu dari sekian banyaknya nama suku yng ada pada masyarakat yang telah di sebutkan. Dalam Bahasa Minangkabau, Mandailing diartikan menjdai mande hilang yng bermaksud "ibu yang hilang". Oleh karenanya ada juga anggapan yng mengatakan bahwasanya masyarakat Mandailing berasal dari Kerajaan Pagaruyung di Minangkabau.
Nama Batak itu sendiri tak diketahui yang dengannya pasti asal-usulnya. Ada yng berpendapat istilah Batak itu dipakai oleh orang pesisir semisal orang Melayu bagi atau bisa juga dikatakan untuk memanggil orang di pedalaman Sumatera, Batak, sepertimana orang Melayu memanggil 'orang asli', Sakai serta Jakun. Namun orang pedalaman sendiri tak membahasakan diri orang-orang, Batak. Lantas panggilan ini dipetik oleh pengembara semisal Marco Polo, Ibnu Batutah, serta diambil oleh Portugis serta orang-orang dari atas angin serta bawah angin, hinggalah ke ini hari.
Bila Belanda menguasai kesultanan-kesultanan Melayu orang-orang bukan saja memasukkan kesultanan-kesultanan yang telah di sebutkan ke dalam system kolonial, sekalian orang-orang pula mengambil-alih pemisahan Batak-Melayu. Persepsi Belanda terhadap orang-orang pedalaman salah satunya terhadap bangsa/umat Mandailing dipengaruhi oleh persepsi kesultanan-kesultanan Melayu serta Minang, serta orang-orang pesisir, yng orang-orang dulu berinteraski.
Lama-kelamaan memBatakkan bangsa/umat Mandailing membudaya dalam persepsi, tanggapan, tulisan-tulisan, serta sensus administratif Belanda hinggakan sesetengah orang Mandailing sendiri mulai melihat diri orang-orang dari persepsi penjajah yng melihat dari kacamata Melayu. Bangsa/umat Mandailing dikatogerikan bersama-sama yang dengannya bangsa Toba, Pak-pak, Diari, Simalungun serta Karo bagi atau bisa juga dikatakan untuk tujuan administratif umum di samping menjadi sasaran Kristenisasi.
Dalam makalah bertajuk “Sejarah kedatangan orang- orang Mandailing ke semenanjung tanah Melayu”. Mohamed Azli Bin Mohamed Azizi mengatakan bahwasanya pendapat yang telah di sebutkan sudah didukung oleh sarjana Belanda, Jerman serta Indonesia. Orang-orang merupakan Prof. Dr. G.A. Wilken Hoogleeraar Van Het Rijks dari Universitas Leiden, Dr. Van Deur Tuk, serta Dr. Jughun. Pendapat orang-orang didukung juga oleh Abdullah Lubis, Mangaraja Ihutan, Dada Muraxa, Pangaduan Lubis, serta Arbain Lubis.
Puncak kekeliruan mengenai “Mandailing bukan Batak” sudah tercetus dari satu peristiwa pada tahun 1922 di Kayu Laut, Mandailing. Dalam peristiwa yang telah di sebutkan seorang kepala sekolah HIS bernama Todung Gunung Mulia yng bersekongkol yang dengannya seorang kolonial tentara Belanda dari Sibolga bagi atau bisa juga dikatakan untuk menguatkan orang Mandailing itu menjdai satu rumpun yang dengannya orang Batak demi kepentingan agama serta politik dan pentadbiran (mengelola pemerintahan) bagi penjajah Belanda.
Bisnis Todung serta kolonial Belanda yang telah di sebutkan sukses memperoleh ciri tangan 14 orang kepala Kuria di Mandailing (yng dari mulanya dilantik menjdai kepala Kuria oleh pihak pentadbiran Belanda) diatas surat pengakuan bahwasanya Mandailing itu merupakan sebagian dari daerah Batak.
Pengakuan yang telah di sebutkan sudah membawa arti bahwasanya tanah Mandailing tergolong dalam daerah tanah Batak serta yang dengannya kemiripan budaya antara kedua etnik itu, maka mandailing yang dengannya gampang dikategorikan menjdai yng berasal dari suku Batak.
Dalam peristiwa ini, orang- orang batak yng beragama Kristen Amat disenangi oleh Belanda, menjadikan tercetuslah hasrat orang-orang bagi atau bisa juga dikatakan untuk menonjolkan etnik Batak menjdai ibu rumpun bagi kaum- kaum yng memiliki persamaan dalam beberapa aspek budaya di Sumatra Utara yng meliputi daerah Tapanuli Selatan, yakni Mandailing.
Fakta ini pula seakan- akan menggambarkan missionaris Kristen sudah berjaya mengkristenkan daerah Tapanuli lebih dari 60% penduduknya, padahal orang-orang gagal di Tapanuli Selatan serta Mandailing. Andai benar Mandailing itu Batak. Mengapa butuh ada satu pengakuan (1922) di Kayu Laut menjdai pengakuan Mandailing bagian dari rumpun Batak?
Rencana terselubung Terang sekali Todung, missionaris Kristen, serta kolonial Belanda dari Sibolga itu memiliki rencana terselubung bagi atau bisa juga dikatakan untuk menjadikan daerah mandailing menjdai daerah Batak sekalian menjadikan Mandailing menjdai rumpun Batak yng kebanykan sudah menjadi Kristen. Peristiwa ini (yng adalah satu penipuan kaum Batak yang dengannya Belanda) sudah ditentang habis- habisan oleh masyarakat Mandailing sampai-sampai kemuka pengadilan Mahkamah Tinggi di Folks Road, Batavia pada tahun 1922. spesialis antropologi yng Amat disegani, H. Van Wageningen dari Holland, sudah memberikan analisis di Mahkamah mengenai bantahan orang- orang Mandailing itu. Peristiwa penipuan Batak/ Belanda ini pula dikenal menjdai “Batak Maninggoring” serta sudah berakhir yang dengannya keputusan pengadilan di Folks Road yng menyatakan yang dengannya terang bahwasanya Mandailing asalnya bukan Batak serta bukan juga bagian dari daerah Batak, serta tak pernah ditaklukan oleh orang Batak. Ada pula peristiwa yng menyangkal anggapan Mandailing itu Batak. Kisah tanah wakaf bangsa Mandailing di sungai mati. Medan yng memperlihatkan tuntutan Batak Islam bagi atau bisa juga dikatakan untuk dikebumikan ditanah wakaf khusus bagi atau bisa juga dikatakan untuk orang- orang Mandailing. Perkara ini sudah dibawa ke pengadilan Mahkamah Syariah Islam serta pula Mahkamah Raad Van Justice di Medan.
Keputusan kedua mahkamah itu menyatakan, orang- orang batak walaupun beragama Islam tak boleh dikebumikan di tanah wakaf yng dikhususkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk orang- orang Mandailing lantaran orang-orang tetap bukan orang Mandailing. Orang batak yng sudah Islam serta tinggal ditanah Mandailing pula tak benar dikebumikan di tanah wakaf Sungai Mati di Medan lantaran meraka bukan orang Madailing*Pengakuan Batak Mandailing cuma persepsi dari pihak pemerintah saja. Di pesisir timur laut Sumatera, khususnya di Kota Medan, perpecahan ini Amat terasa. Lebih-lebih dalam hal pemilihan pemimpin politik serta perebutan sumber-sumber ekonomi. Sumber lain-lainnya menyatakan kata Batak ini berasal dari rencana Gubernur Jenderal Raffles yng membuat etnik Kristen yng berada antara Kesultanan Aceh serta Kerajaan Islam Minangkabau, di wilayah Barus Pedalaman, yng dinamakan Batak. Generalisasi kata Batak terhadap etnik Mandailing (Angkola) serta Karo, biasanya tidak bisa diterima oleh keturunan asli wilayah itu
Intinya, suku Batak sukses membatakkan suku mandailing menjadi Batak mandailing, akan tetapi tak sukses membuat orang-orang suku Mandailing menjadi Kristenisasi.
Apakah Mandailing itu Batak saat ini bergantung dari mana kamu melihatnya. Namun yng pasti Mandailing tak berasal dari Batak merupakan fakta yng Perlu diakui. Menjadi seorang Batak ataupun Mandailing merupakan dua pilihan buat penduduk yng berasal dari tanah Mandailing. Saya memilih Mandailing lantaran istilah ini lebih tua serta mendarah daging.
Sumber
Sumber Rujukan Dan Gambar : http://opsptd.blogspot.com/2016/09/suku-mandailing-bukan-suku-batak.html
Seputar Suku Mandailing Bukan Suku Batak
Terima kasih telah membaca Suku Mandailing Bukan Suku Batak. Semoga pos dari situs web Panduan Simpatika berguna dan memberi manfaat. Baik untuk anda dan buat website
Panduan Simpatika. Silakan berbagi ulasan Suku Mandailing Bukan Suku Batak tadi ke situs web media anda. Bagikan artikel dari Panduan Simpatika melalui media sosial yang ada di bawah. Dan kunjungi Daftar Isi Blog Panduan Simpatika untuk mendapat info lengkap terbaru 2017. Lalu baca pembahasan selain dari : Suku Mandailing Bukan Suku Batak yang lebih terupdate lengkap dan free. Atau simak artikel gratis terkait dari situs web Panduan Simpatika di bawah. Demikan dan sekian tentang Suku Mandailing Bukan Suku Batak. Dan Assalamualaikum pembaca Panduan Simpatika.