HARI PENDIDIKAN NASIONAL

- 00.52

HARI PENDIDIKAN NASIONAL

 

Era kita ditanya kenapa Hari Pendidikan Nasional jatuh pada tanggal 2 Mei, sebenarnya itu merupakan hari Ki Hajar Dewantara menjdai Bapak Pendidikan Indonesia dilahirkan. Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi Suryaningrat, sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, EYD: Ki Hajar Dewantara, beberapa menuliskan bunyi bahasa Jawanya yang dengannya Ki Hajar Dewantoro; lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 – meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun[1]; selanjutnya disingkat menjdai "Soewardi" ataupun "KHD") merupakan aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, serta pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia merupakan pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yng memberikan peluang bagi para pribumi jelata bagi atau bisa juga dikatakan untuk mampu mendapatkan hak pendidikan semisal halnya para priyayi ataupun orang-orang Belanda. Tanggal kelahirannya saat ini diperingati di Indonesia menjdai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia. Namanya diabadikan menjdai salah sebuah nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah tahun emisi 1998.[2] Ia dikukuhkan menjdai pahlawan nasional yng ke-2 oleh Presiden RI, Soekarno, pada 28 November 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959)[3]. Soewardi berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta. Ia menamatkan pendidikan dasar di ELS (Sekolah Dasar Eropa/Belanda). Lantas pernah sempet melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), namun tak hingga tamat lantaran sakit. Lantas ia bekerja menjdai penulis serta wartawan di beberapa surat kabar, antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, serta Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Goresan pena-tulisannya komunikatif serta tajam yang dengannya semangat antikolonial. Selain ulet menjdai seorang wartawan muda, ia pula aktif dalam organisasi sosial serta politik. Sejak berdirinya Boedi Oetomo (BO) tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda bagi atau bisa juga dikatakan untuk menyosialisasikan serta menggugah kesadaran warga Indonesia (lebih-lebih Jawa) pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan serta kesatuan dalam berbangsa serta bernegara. Kongres pertama BO di Yogyakarta pula diorganisasi olehnya. Soewardi muda pula menjadi anggota organisasi Insulinde, suatu organisasi multietnik yng didominasi kaum Indo yng memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda, atas pengaruh Ernest Douwes Dekker (DD). Disaat lantas DD mendirikan Indische Partij, Soewardi diajaknya juga. Sewaktu pemerintah Hindia Belanda berniat mengumpulkan sumbangan dari warga, salah satunya pribumi, bagi atau bisa juga dikatakan untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari Perancis pada tahun 1913, timbul reaksi kritis dari kalangan nasionalis, salah satunya Soewardi. Ia lantas menulis "Een voor Allen maar Ook Allen voor Een" ataupun "Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga". Akan tetapi kolom KHD yng paling terkenal merupakan "Seandainya Aku Seorang Belanda" (judul asli: "Als ik een Nederlander was"), dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan DD, tahun 1913. Isi tulisan atau artikel ini terasa pedas sekali di kalangan pejabat Hindia Belanda. Kutipan goresan pena yang telah di sebutkan antara lain menjdai berikut. "Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya". Beberapa pejabat Belanda menyangsikan goresan pena ini asli dibuat oleh Soewardi sendiri lantaran gaya bahasanya yng berbeda dari tulisan-tulisannya sebelum ini. Kalaupun benar ia yng menulis, orang-orang menganggap DD berperan dalam memanas-manasi Soewardi bagi atau bisa juga dikatakan untuk menulis yang dengannya gaya demikian. Akibat goresan pena ini ia ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenburg serta akan diasingkan ke Pulau Bangka (atas permintaan sendiri). Akan tetapi demikian kedua rekannya, DD serta Tjipto Mangoenkoesoemo, memprotes serta akhirnya orang-orang bertiga diasingkan ke Belanda (1913). Ketiga tokoh ini dikenal menjdai "Tiga Serangkai". Soewardi kala itu baru berusia 24 tahun. Dalam pengasingan di Belanda, Soewardi aktif dalam organisasi para pelajar asal Indonesia, Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia). Di sinilah ia lantas merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi yang dengannya belajar ilmu pendidikan sampai-sampai mendapatkan Europeesche Akte, suatu ijazah pendidikan yng bergengsi yng kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan yng didirikannya. Dalam studinya ini Soewardi terpikat pada ide-ide sejumlah tokoh pendidikan Barat, semisal Froebel serta Montessori, dan pergerakan pendidikan India, Santiniketan, oleh keluarga Tagore. Pengaruh-pengaruh ini dia yng mendasarinya dalam mengembangkan system pendidikannya sendiri. Soewardi kembali ke Indonesia pada bulan September 1919. Segera lantas ia bergabung dalam sekolah binaan saudaranya. Pengalaman mengajar ini lantas digunakannya bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yng ia dirikan pada tanggal 3 Juli 1922: Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa ataupun Perguruan Nasional Tamansiswa. Era ia genap berusia 40 tahun pendapat dari hitungan penanggalan Jawa, ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara. Ia tak lagi mempergunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan agar bisa ia bisa bebas dekat yang dengannya rakyat, baik secara fisik ataupun jiwa. Semboyan dalam system pendidikan yng dipakainya kini Amat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia. Secara utuh, semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. ("di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan"). Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia, berlebi di sekolah-sekolah Perguruan Tamansiswa. Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, KHD diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia (posnya disebut menjdai Menteri Pendidikan, Pengajaran serta Kebudayaan) yng pertama. Pada tahun 1957 ia mendapatkan gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari universitas tertua Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan umum, ia dinyatakan menjdai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia serta hari kelahirannya dijadikan Hari Pendidikan Nasional (Surat Keputusan Presiden RI no. 305 tahun 1959, tanggal 28 November 1959).
Beliau meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 26 April 1959.
Download Sambutan Mendikbud bagi atau bisa juga dikatakan untuk Hardiknas Tahun Ini
@Semoga_Bermanfaat

Sumber Rujukan Dan Gambar : http://opsptd.blogspot.com/2015/05/hari-pendidikan-nasional.html

Seputar HARI PENDIDIKAN NASIONAL

Advertisement
 

Cari Artikel Selain HARI PENDIDIKAN NASIONAL